Suara Muhammadiyah – Perjuangan panjang, akhirnya berbuah hasil. Setelah melewati masa panjang semenjak peresmian pada tahun 2014 silam, proses pembenahan administrasi dan akademik pun berjalan sebagaimana mestinya. Hari ini, 30 Oktober 2019 lahirlah 114 sarjana baru lewat rahim STKIP Muhammadiyah Kalabahi. Nama-nama yang termuat dalam lampiran Surat Keputusan terdiri dari 98 orang Mahasiswa PGSD dan 18 orang Mahasiswa Pendidikan Matematika. Mereka dinyatakan lulus dan layak menyandang gelar Sarjana Pendidikan (SPd). Mewakili Ketua STKIP Muhammadiyah Kalabahi, Yakin A Asikin, SPdI, MPd selaku BAAK STKIP Muhammadiyah Kalabahi menyampaikan bahwa sebagai Sarjana pertama yang lulus dari lembaga yang masih berusia muda ini tentu ada tanggung jawab yang sangat besar. “Sebagai sarjana yang lahir dari rahim Perguruan Tunggi Muhammadiyah, tentunya yang harus dijabarkan adalah ilmu amaliyah dan amal ilmiah. Ilmu yang sudah dimiliki, harus diterapkan (diamalkan-red) dalam kehidupan sehari-hari. Begitupun dalam berbuat, bertutur dan bersikap di tengah-tengah masyarakat harus berdasarkan ilmu yang dimiliki,” ungkap Yakin. Salah satu lulusan Pondok Modern Gontor ini menghubungkannya dengan nasehat yang disampaikan oleh Pimpinan Pondoknya mengenai tanggung jawab seorang lulusan dari lembaga pendidikan. “Pertama, banyak orang bergelar tapi tidak berkualitas. Sebaliknnya banyak orang yang tidak bergelar tapi berkualitas. Yang kedua, raport atau ijazahmu yang sebenarnya adalah apa yang kamu lakukan di masyarakat. Karena sebenarnya masyarakat tidak memandang gelarmu, melainkan melihat apa yang kamu lakukan,” tambahnya. Di akhir sambutan, Yakin berpesan bahwa jangan ragu terkait dengan legalitas ijazah yang keluar dari STKIP Muhammadiyah Kalabahi. “Segala hal yang berhubungan dengan legalitas ijazah sudah terpenuhi. Baik secara administrasi maupun akademik. Jadi jangan ragu. Ijazahnya bisa digunakan, seperti perguruan tinggi resmi lainnya,” tandasnya. Terlihat raut kegembiraan saat para mahasiswa dipersilahkan memasuki ruangan acara yudisium. Namun rasa gembira itu sontak berubah menjadi rasa haru ketika Hasrul M Tana, SPd diberikan kesempatan untuk menyampaikan kalimat perpisahan. “Jadikan ini sebagai kado terindah untuk kedua orang tua. Mereka yang tak kenal lelah menyusuri pagi hingga senja. Walau hasil pencaharian mereka hanya menemukan seikat kayu bakar, tapi mimpi mereka sangat besar. Mimpi untuk anak-anak mereka, termasuk kita yang dinyatakan lulus hari ini,” demikian yang disampaikan mahasiswa Prodi PGSD ini. Di tempat yang sama, Muthiah Prasong, SPd mewakili Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika pun menyampaikan hal yang sama. “Untuk berterima kasih kepada kedua orang tua, mereka tidak mengharapkan balasan berupa materi. Keberhasilan kita hari ini adalah bagian dari kebahagiaan yang kita persembahkan kepada mereka. Jikapun ada yang sudah mendahului kita, maka sebenarnya mimpi dan harapan mereka masih tetap hidup,” ungkap mahasiswa yang kerap disapa Thia itu. Acarapun diakhiri dengan saling bersalaman. Ada suasana duka dan haru, terpancar dari raut kesedihan dan air mata yang menetes. (Raspa/Riz)